Apakah Merawat Kuda Balap Sama Saja Dengan Menyakitinya? – Jawaban untuk pertanyaan memang ini rada rumit, karena kedua belah pihak punya argumen tersendiri tentang pacuan kuda. Ada yang sinis, dan tidak memberikan kesempatan apapun pada argumentasi, ada juga yang membela karena tradisi serta sudah menjadi penghidupan dari jutaan orang. Pendeknya, tidak ada yang bisa dibenarkan dan disalahkan, karena kedua pendapat memiliki argumen dan bantahan masing-masing. Baik dari sisi etik moral maupun dari sisi statistik ilmiah, hanya masalah pendekatan saja.
Yang menolak karena alasan eksploitasi memiliki basis dari buruknya perawatan kuda pacuan oleh para oknum pelatih kuda atau pemilik ranch. Akan tetapi, statistik menyebutkan bahwa kuda yang disakiti di ranch dengan kuda yang dilepas di alam liar sama-sama tak terlindungi, lebih banyak kuda yang mati di alam liar, karena ketidakseimbangan alam saat ini, sehingga alasan moral pada akhirnya kuldesak pada survivalitas. Jika mereka meminta ratusan ribu kuda dirawat di suatu negara, anggaran mana yang dipakai untuk mau merawatnya? Lalu bagaimana dengan anggaran kucing, anjing, semut? Bukankah mereka juga binatang yang harus dirawat?
Oleh karena itulah kita masuk ke argumen kedua, kuda harus berkerja sama-sama dengan manusia untuk mencari makan di dunia yang penuh dengan manusia. Artinya, memanusiawikan kuda justru dengan mengajaknya berkerjasama. Entah di dunia perternakan, pertanian, transportasi, atau kuda balap. Manusia mencari makan, maka kuda harus mencari makan juga. Jika perlakukan kasar, itu pun relatif. Terpenting adalah kesejahteraan kuda di dalam ranch yang harus lebih diawasi dan terjamin.
Jadi. Apakah pacuan kuda itu tidak manusiawi atau tidak, pada akhirnya tergantung juga pada banyak faktor, termasuk jenis balapan yang sedang dibahas, kuda, dan kepercayaan seseorang tentang kekejaman terhadap binatang. Pada akhirnya, ini adalah sudut pandang yang harus diambil untuk masing-masing orang.
Terkait perbaikan kondisi kuda pacuan, dalam beberapa hal, kuda pacuan bisa dianggap sangat manusiawi. Karena kuda pacuan apalagi yang juara di balap kuda yang diadakan ini adalah properti yang sangat berharga, dan pelatih, pemilik, dan staf akan melakukan segala macam perawatan untuk menjaga kuda itu tetap nyaman, tenang, dan bahagia.
Kuda-kuda terbaik itu mendapatkan pijatan lebih baik dari kuda biasa, walau begitu kuda biasa juga bukannya setiap hari disiksa, ini hanya masalah perhatian yang bagus pada kuda yang lebih baik. Lagipula kuda dari jiwanya memiliki sisi kompetitif secara alamiah, artinya, mereka akan saling membalap sesamanya, jadi argumen bahwa pacuan kuda memaksa hewan menjadi sangat tidak wajar.
Ketika kuda pacuan selesai masa balap nya, karena mulai melambat, kuda biasanya di pensiunkan, diserahkan ke pertanian, atau peternakan, di mana kuda juara itu tetap mendapat peran hingga akhir usianya. Kuda yang pensiun juga kadang digunakan untuk pembibitan dan diperlakukan dengan sangat baik, karena keinginan para pelatihnya untuk memastikan bahwa kuda itu akan melahirkan anak yang sehat, tangguh, kuat, oleh karena itulah kuda itu sering kali malah dimanjakan. Jadi, hampir setiap saat, kuda-kuda tersebut menerima perawatan dan perhatian terus-menerus dari staf yang berdedikasi secara teratur. Argumen apa yang bisa diperlihatkan bahwa kuda tersebut diperlakukan buruk?
Namun, kehidupan yang indah itu kadang tidak dinikmaati semua kuda, semakin jauh mereka dari industri balap kuda, maka semakin suram nasibnya. Kuda tersebut hanya diperdagangkan untuk dagingnya, karena masih ada komunitas yang memakan daging kuda.